Gaya
dalam bahasa inggris disebut
dengan “style” berarti corak atau
mode seseorang yang tidak banyak berubah dalam mengerjakan sesuatu, hal ini
karena gaya merupakan kesanggupan, kekuatan, cara, irama, ragam, bentuk, lagu,
metode yang khas dari seseorang untuk bergerak serta berbuat sesuatu, dengan demikian yang bersangkutan
mendapatkan penghargaan untuk keberhasilannya dan kejatuhan nama bila mengalami
kegagalan.
Ada beberapa gaya dalam kepemimpinan, antara
lain sebagai berikut :
A. Gaya Kepemimpinan Demokrasi
Gaya demokratis dalam kepemimpinan adalah cara dan irama seseorang pemimpinan
dalam menghadapi bawahan dengan memakai
metode pembagain tugas dengan bawahan, begitu juga antar bawahan dibagi tugas
secara merata dan adil, kemudian pemilihan tugas tersebut dilakukan secara terbuka, antar
bawahan dianjurkan berdiskusi tentang keberadaanya untuk membahas tugasnya,
baik bawahan yang terendah sekali pun boleh menyampaikan saran serta diakui
haknya, dengan demikian dimiliki persetujuan dan konsesus atas kesepakatan
bersama. Pada kepemimpinan ini
seorang pemimpin hanya menunjukkan sasaran yang ingin dicapai saja, tentang
cara untuk mencapai sasaran tersebut, anggota yang menentukan. Selain itu,
anggota juga diberi keleluasaan untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.Kepemimpinan demokrasi cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi
tinggi dengan komitmen yang bervariasi.
B. Gaya Kepemimpinan Birokratis
Gaya birokratis dalam kepemimpinan
pemerintah adalah cara dan irama seseorang pemimpinan dalam menghadapi bawahan
dengan memakai metode tanpa pandang bulu, artinya setiap bawahan harus
diperlakukan sama disiplinnya, spesialisasi tugas yang khusus, kerja yang ketat
pada aturan (rule), sehingga kemudian
bawahan menjadi kaku tetapi sederhana (zakelijk).
C. Gaya Kepemimpinan Kebebasan
Gaya kebebasan dalam kepemimpinan pemerintah
adalah cara dan irama seseorang pemimpinan pemerintahan dalam menghadapi
bawahan dengan memakai metode pemberian keleluasaan pada bawahan
seluas-luasnya. Pada gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan sasaran utama
yang ingin dicapai saja. Tiap divisi atau seksi diberi kepercayaan penuh untuk
menentukan sasaran minor, cara untuk mencapai sasaran, dan untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapinya sendiri-sendiri. Dengan demikian, pemimpin hanya
berperan sebagai pemantau saja. Metode
ini dikenal juga dengan Laissez Faire
atau Liberalism.
D.
Gaya
Kepemimpinan Otokrasi
Gaya
otokratis dalam kepemimpinan pemerintahan adalah cara dan irama seseorang
pemimpin dalam menghadapi bawahan dan masyarakatnya dengan memakai metode
paksaan kekuasaan (coercive power).
Cara ini cocok untuk mempercepat waktu di
kalangan militer, karena itu diterapkan sistem komando dengan one way traffic dalam komunikasi
pemerintahannya sehingga efektif hasilnya. Tetapi sangat berakibat fatal bagi
daerah-daerah yang sudah maju karena
ketakutan bawahan hanya ketika pemimpin pemerintahan sedang memiliki kekuasaan
saja.
v
Menurut Winardi (2000: 76)
terdapat 3 (
tiga ) macam model gaya
kepemimpinan secara umum, yaitu demokratis,
otoriter, dan kepemimpinan
bebas.
Ketiga gaya kepemimpinan
ini
memiliki kelebihan
dan kekurangan.
Pada
penelitian ini mengkaji
ketiga gaya kepemimpinan tersebut.
1. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan Demokratis adalah
kepemimpinan yang
aktif, dinamis dan terarah.
Kegiatan – kegiatan pengendalian dilaksanakan secara tertib
dan bertanggung jawab. Pembagian tugas yang disertai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang jelas, memungkinkan setiap anggota berpartisipasi secara aktif.
2. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan
ditangan satu
orang atau sekelompok
kecil orang yang diantara mereka tetap ada seseorang yang paling
berkuasa. Pemimpin
bertindak sebagai penguasa
tunggal.
3. Gaya Kepemimpinan Bebas
Kepemimpinannya
dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada
orang yang
dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan
menurut kehendak dan kepentingan masing-masing
baik secara perseorangan maupun
berupa kelompok-kelompok kecil.
Pemimpin
hanya memfungsikan
dirinya sebagai penasehat.
v
Menurut Robbins (2008: 90)
terdapat tiga macam model gaya
kepemimpinan, yaitu
transaksional,
transformasional, dan
laissez–faire. Ketiga gaya kepemimpinan ini memiliki
kelebihan dan
kekurangan, yaitu:
1. Gaya Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan
transaksional adalah pemimpin yang
membimbing atau memotivasi para pengikut mereka pada arah tujuan yang
telah ditetapkan
dengan cara memperjelas peran dan
tugas
mereka.
2. Gaya Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional adalah pemimpin yang
menginspirasikan
para pengikutnya untuk mengenyampingkan kepentingan pribadi mereka
dan
memiliki kemampuan memengaruhi yang luar biasa. Kepemimpinan
ini lebih unggul dari pada
kepemimpinan transaksional dan menghasilkan
tingkat upaya dan kinerja para pengikut yang melampaui apa yang bisa dicapai kalau
hanya pendekatan transaksional yang diterapkan. Tetapi
apabila seorang pemimpin transaksional yang baik tetapi tidak memiliki
sifat-sifat transformasional, maka seorang pemimpin itu adalah pemimpin
yang biasa-biasa saja.
3. Gaya Kepemimpinan Laissez-faire
Kepemimpinan laissez-faire dijalankan dengan memberikan kebebasan
penuh pada orang yang
dipimpin dalam mengambil keputusan dan
melakukan kegiatan menurut kehendak dan
kepentingan masing-masing baik secara perorangan maupun
berupa kelompok-kelompok kecil.
Laissez-faire adalah model yang
paling
pasif dan karena itu merupakan perikaku pemimpin
yang paling tidak efektif. Para pemimpin yang
menggunakan
ini jarang dianggap efektif.
Sumber:
Syafi’ie, Inu Kencana. 2006. Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia.
Bandung : PT Refika Aditama.
Komentar
Posting Komentar